Bankir Bagi Rakyat Miskin
Berikut adalah cerita beliau melawan kemiskinan dengan tulus hingga
dianugerahi Nobel Perdamaian 2006 yang disampaikan kepada Steven R.
Covey dalam bukunya; "the 8th Habit; From Effectiveness to Greatness".
Semua ini bermula tiga puluh tahun yang lalu. Saya mengajar ekonomi
di salah satu universitas di Bangladesh. Negeri itu tengah dilanda
kelaparan. Saya merasa ngeri sekali. Di situlah saya, mengajarkan teori
ekonomi yang muluk-muluk di ruang kelas dengan antusiasme seorang doktor
yang baru lulus dari Amerika Serikat. Tetapi, begotu selesai mengajar,
saya keluar kelas dan langsung saja melihat kerangka hidup berkeliaran
di sekeliling saya, yaitu orang-orang yang sekarat, tinggal menunggu
ajal.
Saya merasa bahwa apapun yang telah saya pelajari, apapun yang saya
ajarkan, hanya merupakan khayalan, yang tak punya arti bagi kehidupan
orang-orang itu. Karena itu, saya mulai mencoba mengetahui bagaimana
orang-orang yang tingga di kampung sebelah kampus universitas kami itu
menjalankan kehidupan mereka. Saya ingin tahu apakah ada sesuatu yang
dapat saya lakukan sebagai sesama manusia, untuk menunda atau
menghentikan kematia, walaupun hanya menyangkut satu orang saja. Saya
meninggalkan pola pandang seekor burung, yang memungkinkan kita melihat
segalanya jauh dari atas, dari langit. Saya mulai menggunakan pandangan
mata seekor cacing, yang berusaha mengetahui apa saja yang terpapar
persis di depan mata; mencium baunya, menyentuhnya dan melihat apakah
ada sesuatu yang bisa saya lakukan.
Suatu kejadian membelokkan saya ke arah yang serba baru. Saya bertemu
dengan seorang wanita yang membuat dingklik dari bambu. Setelah panjang
lebar berbicara dengannya, saya menemukan bahwa sehari ibu itu hanya
menghasilkan dua sen Dolar Amerika. Saya tak bisa percaya bahwa ada
orang yang dapat bekerja begitu keras dan membuat dingklik bambu begitu
indah dan hanya mendapatkan penghasilan sebegitu kecil. Dia menjelaskan
bahwa karena tidak punya uang untuk membeli bambu, dia harus meminjam
dari seorang pedangang dan orang itu memaksakan sebuah aturan bahwa ibu
tadi harus menjual dingklik buatannya hanya kepadanya dengan harga yang
ditentukan oleh pedagang tadi.
Muhammad Yunus mendengarkan ibu-ibu peminjam dana dari Bank Grameen. |
Itu menjelaskan kenapa ibu tadi hanya mendapatkan penghasilan dua sen
per hari. Dengan demikian, wanita itu sebenarnya jelas menjadi pekerja
yang terikat oleh pedagang tersebut. Sebenarnya berapa harga bambu itu?
Dia bilang, "Oh sekitar dua puluh sen; atau dua puluh lima sen untuk
yang baik sekali". Saya berpikir; ada orang yang menderita hanya karena
tidak punya uang dua puluh sen, tetapi kemudian saya sampai pada gagasan
lain. Saya akan membuat daftar orang-orang yang memerlukan uang seperti
ini. Saya mengajak seorang mahasiswa saya dan kami berkeliling kampung
selama beberapa hari. Akhirnya kami memeliki daftar empat puluh dua
orang seperti wanita tadi. Ketika saya menjumlahkan total uang yang
mereka perlukan, saya mendapat kejutan terbesar dalam hidup saya; jumlah
total uang tersebut adalah dua puluh tujuh Dolar. Pada saat itu saya
sangat malu pada diri saya sendiri, karena menjadi bagian dari suatu
masyarakat yang tidak bisa menyediakan uang sejumlah dua puluh tujuh
Dolar, bagi empat puluh dua orang yang memiliki keahlian dan semangat
untuk kerja keras.
Untuk menghapus rasa malu itu, saya mengamnil uang dari kantong saya
dan memberikannya kepada mahasiswa saya tadi. Saya katakan, "ambillah
uang ini dan berikan kepada keempat puluh dua orang yang kita temui itu.
Katakan kepada mereka ini adalah pinjaman, dan mereka dapat membayarnya
kembali kepadaku kapan saja mereka bisa. Nah, sementara itu, mereka
dapat menjual produk mereka kepada siapapun yang akan memberikan bayaran
yang baik".
Setelah menerima uang itu mereka menjadi sungguh bersemangat. Melihat
itu, saya menjadi berpikir, "Apakah yang harus saya lakukan sekarang?".
Saya berpikir mengenai cabang bank yang ada di universitas kami dan
saya menemui manajernya, serta menyarankan agar dia meminjamkan kepada
orang-orang yang telah kami temui di kampung tadi. Dia kaget seperti
jatuh dari langit! Katanya; " Anda gila, apa? Itu tidak mungkin.
Bagaimana mungkin kami meminjamkan uang kepada orang-orang miskin?
Mereka tidak layak untuk menerima kredit."
Saya membujuknya dan bilang, "Sekurang-kurangnya cobalah, siapa tahu...toh uang yang akan terlibat hanya sedikit."
Katanya; "Tidak akan. Aturan kami tidak memungkinkan hal itu. Mereka
tidak dapat memberi jaminan dan jumlah sekecil itu juga tidak layak
diberikan sebagai pinjaman."
Dia menyarankan kepada saya untuk menemui pejabat yang lebih tinggi, di hierarki perbankan Bangladesh.
Saya mengikuti sarannya dan menerima yang bertugas pada perkreditan.
Semua orang mengatakan hal yang sama kepada saya. Setelah beberapa hari
berkeliling mencari orang yang dapat diajak bicara, akhirnya saya
menawarkan diri sebagai penjamin. "Saya akan menjadi penjamin semua
pinjaman itu. Akan saya tandatangani apapun yang harus saya
tandatangani. Setelah mendapat uangnya, saya akan menyerahkannya kepada
orang-orang yang saya kehendaki."
Jadi, begitulah mulainya. Mereka terus-menerus mengingatkan saya
bahwa orang-orang miskin yang menerima uang itu tidak akan mengembalikan
setiap sen kepada saya. Saya jadi amat bersemangat dan kembali lagi
kepada manajer bank tadi. "Lihat, mereka membayar pinjaman mereka. Jadi
tak bakal ada masalah."
Tetapi dia bilang; "Ah, jangan mudah tertipu. Mereka sedang membodohi
anda. Coba saja, mereka pasti akan segera meminjam uang lebih besar dan
tak akan pernah mengembalikan kepada anda.
Nah, saya pinjamkan uang lebih besar dan pada saatnya mereka
mengembalikan pinjamannya. Saya ceritakan itu kepada manager tadi, tapi
katanya; "Yah, barangkali anda bisa melakukannya di satu desa, tapi
kalau anda melakukannya di dua desa, ini tidak akan jalan."
Saya segera melakukannya untuk dua desa dan ternyata jalan.
Begitulah, akhirnya seakan-akan terjadi pergulatan antara diri saya
dengan manager bank tadi, juga sejawatnya di posisi struktural yang
lebih tinggi. Mereka terus mengatakan bahwa itu tidak akan jalan untuk
jumlah yang lebih besar, misalnya lima desa. Karena itu, saya
melakukannya untuk lima desa dan ternyata setiap orang mengembalikan
pinjamannya. Orang-orang bank tadi masih tidak mau menyerah. Mereka
bilang, "Sepuluh desa. Lima puluh desa. Seratus desa."
Jadilah semacam perlombaan di antara saya dan mereka. Setiap kali
saya datang kepada mereka, membawa hasil yang tentu tidak mereka tolak,
karena uang itu adalah uang mereka, tetapi tetap saja mereka tidak
menerima ide saya, karena mereka dididik dengan pemahaman bahwa orang
miskin tidak layak untuk mendapatkan pinjaman. Menurut mereka, orang
miskin tidak bisa diandalkan. Untungnya, saya tidak dididik seperti itu,
sehingga saya bisa mempercayai apa saja yang bisa saya lihat dan
temukan, ketika hal-hal menyatakan dirinya sendiri. tetapi, pikiran dan
mata orang-orang bank tadi dibutakan oleh pengetahuan yang mereka
miliki.
Akhirnya muncul pikiran, kenapa saya harus berusaha membuat mereka
yakin? Saya sendiri amat percaya bahwa orang miskin dapat mengambil uang
pinjaman dan membayarnya kembali. Kenapa tidak mendirikan bank sendiri?
Gagasan ini membuat saya bersemangat, maka saya menulis proposal dan
menghadap pemerintah untuk mendapatkan izin untuk mendirikan bank. Saya
memerlukan waktu dua tahun untuk meyakinkan pemerintah.
Akhirnya, pada tanggal 2 Oktober 1983 kami menjadi sebuah bank. Bank
resmi dan independen. Betapa bersemangatnya kami semua, ketika kami
memiliki bank kami sendiri dan kami dapat melakukan ekspansi sekehendak
kami. Dan nyatanya kami terus berkembang.
Sekarang usaha beliau tersebut ditiru di 58 negara, termasuk di Amerika
Serikat, Prancis, Kanada, Belanda dan Norwegia. Bank tersebut dinamakan
Bank Grameen, yang berarti bank desa dengan semangat "Kepercayaan dan
Solidaritas". Bank Grameen sekarang telah memiliki 2.564 cabang dengan
19.800 orang staf yang melayani 8.29 juta orang peminjam dari 81.367
desa. Setiap minggu Bank Grameen mendapatkan rata-rata 1,5 juta Dolar
Amerika pengembalian cicilan. 97% peminjam adalah wanita, dan 97%
peminjam melakukan pembayaran kembali. Dan Recovery Rate ini lebih tinggi dari bank-bank lainnya.
Beliau menerima banyak penghargaan internasional untuk usaha tulus beliau bagi sesama, antara lain adalah;
- The Nobel Peace Prize (2006). Muhammad Yunus, Grameen Bank.
- The Mohamed Shabdeen Award for Science (1993).
- Humanitarian Award (1993).
- World Food Prize (1994).
- Independece Day Award (1987).
- King Hussein Humanitarian Leadership Award (2000).
- Volvo Environment Prize (2003).
- Nikkei Asia Prize for Regional Growth (2004).
- Franklin D. Roosevelt Freedom Award (2006).
- The Seoul Peace Prize (2006).
Semangat ketulusan, kepercayaan & solidaritas kepada sesama akhirnya
membawa beliau dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi dirinya dan
mendapatkan respek yang besar di dunia internasional, serta dapat
mengurangi angka kemiskinan di dunia bagi sesama dan dunia yang lebih
baik. Sungguh luar biasa.
Sumber:
Covey, Steven R. 2005. The 8th Habit; Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia.
"Biography of Dr. Muhammad Yunus" - Grameen-info.org. 23 Desember 2011. http://www.grameen-info.org/index.php option=com_content&task=view&id=329&Itemid=363
Comments