PENGAJAR MUDA YANG BERVISI


Selasa 02 November 2011, Wapres Boediono melepaskan ke 47 pengajar muda ke berbagai wilayah pedalaman si seluruh pelosok negeri. Para pengajar muda angkatan ketiga sebagian berasal dari perguruan tinggi di penjuru Indonesia, antara lain Institut Tenologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Airlangga , dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ada pula pengajar muda yang lulusan luar negeri, seperti Taiwan dan Singapura, serta bergelar master. Sebelumnya mereka. Saat ini mereka yang lulus seleksi adalah angkatan ketiga. Dimana animo dari mereka sangat besar terbukti dari setiap tahun, jumlah yang mendaftar meningkat dimana angkatan pertama berjumlah 1.800 pelamar dan angkatan kedua 4200 pelamar, kata Anies Baswedan selaku Ketua Yayasan Indonesia Mengajar. Dan inilah sepenggal cerita dari beberapa pemuda/I yang mengambil bagian dalam IM tersebut :
-    Wilbrodus Marianus alias Willy (25), memutuskan menjadi pengajar muda dalam program  Indonesia Mengajar (IM) karena mimpinya ingin membuka akses pendidikan bagi anak-anak tidak mampu. Willy, demikian ia biasa dipanggil berasal dari Flores (Timur Indonesia). Sebelumnya Willy bekerja sebagai seorang video journalist di sebuah stasiun televisi nasional. Namun dia rela melepaskan pekerjaannya itu untuk mengabdikan dirinya selama setahun di Pulau Rupat, Desa Titi Akar, Dusun Hutan Samak, Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
-    Arga Adi Yuwono, Bagi Arga yang merupakan lulusan Universitas Brawijaya ini, kesempatan menjadi pengajar merupakan panggilan hati. "Mengenai pendidikan, idealisme saya selalu berbicara tentang panggilan hati. Indonesia Mengajar merupakan kesempatan sekali seumur hidup," kata Arga saat ditemui Kompas.com, Rabu (2/11/2011) malam di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Tanjung Barat, Jakarta Selatan. "Dalam pelatihan, kita seperti diberi air dengan deras. Memang, selama mengajar di pedalaman kita akan tertinggal oleh orang lain, setidaknya untuk waktu satu tahun. Tapi kami ibarat busur yang ditarik ke belakang, kemudian meluncur deras ke depan," katanya. Walau sempat merasa down saat mengikuti pelatihan di Bogor selama dua bulan, ia kemudian sadar bahwa kesempatan yang dimilikinya akan mewakili semangat teman-teman lainnya. Hal ini menjadi asupan motivasi bagi Arga dan menguatkan hatinya untuk ditempatkan di Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung.
-    Ayu, ya selain kedua mahasiswa tersebut ada juga seorang mantan karyawati yang bekerja di salah satu perusahaan di Singapura. Ayu rela meninggalkan pekerjaannya yang penuh kenyamanan di sana untuk berbakti pada bangsa ini.

Mereka adalah beberapa contoh pengajar muda yang memiliki visi untuk memperbaiki nasib pendidikan di Indonesia. Mereka generasi penerus bangsa yang tidak hanya memikirkan kenyamanan mereka sendiri. Semangat mereka sangat luar biasa dan menakjubkan. Bayangkan saja, selama kurang lebih dua bulan, para calon pengajar muda tersebut digembleng secara mental , fisik dan intelektual di sebuah wisama pelatihan di Desa Pancawati, Ciawi, Jawa Barat. Mereka dilatih untuk hidup layaknya tinggal di pedalaman. Tidak ada aliran listrik, tidak boleh memegang handphone dan berhubungan dengan dunia luar bahkan keluarga mereka sendiri, tidak ada akses internet sejak pukul 04.00 subuh sampai pukul 22.00 malam. Mereka dilatih sangat keras dan sangat disiplin. Bahkan mereka juga mengalami pelatihan di hutan dan rimba dan mereka pun harus lulus dalam pelatihan tersebut. Di sini mereka yang takut ketinggian, takut air, akan ditangani, karena medan yang akan mereka hadapi membutuhkan persyaratan ini. Untuk yang takut air, misalnya, ada pelatihan renang, termasuk survival di sungai. Mereka juga diajari bagaimana membuat air jernih sampai air yang bisa diminum. Mereka juga belajar 12 daun yang bisa dimakan di hutan, bisa hidup dengan berbekal gula merah,” kata Ahmad Sjhahid, fasilitator program ini yang sekaligus menjadi ”bapak asuh” para calon pengajar muda. Tidak sedikit mereka yang tergoda untuk kembali ke kenyamanan mereka saat mengikuti pelatihan yang sangat keras tersebut. Namun karena mereka memiliki mimpi untuk memajukan pendidikan di Indonesia, mereka pun terus maju dan tidak ada yang mengundurkan diri.


Hidup memang adalah pilihan. Dan pilihan yang terbaik terkadang meminta kita untuk membayar harga yang sangat mahal. Namun ketika pilihan itu kita jalani, maka kita akan menemukan kebahagiaan yang sejati yang tidak dapat dibayar oleh apapun.

“Pikirkan mimpimu,
Tuliskan mimpimu
Kemudian wujudkan mimpi itu dengan berlari tanpa lelah.” -dee-






Comments

Popular Posts