KRISIS KEMANUSIAAN
“Insiden memilukan menimpa bocah dua tahun bernama Yueyue yang terekam dalam kamera CCTV. Yueyue dilindas oleh mobil sebanyak dua kali. Sebanyak 18 orang yang melintas mengacuhkan Yueyue yang terkapar bersimbah darah. Seorang pemulung tua menyelamatkan Yueyue yang langsung dilarikan ke rumah sakit.” Itulah sepenggal berita yang beberapa hari terakhir ini saya dengar di media. Membaca berita tersebut, saya terdiam. Rasa heran dan ingin tahu menggerakkan saya untuk membuka video tabrak lari tersebut. Sebenarnya saya enggan melihatnya, namun rasa penasaran saya jauh lebih besar daripada rasa takut melihat adegan tragis tersebut. Dan ,,, ketika saya membukanya, saya berdebar, saya lebih terpaku lagi. Dan ketika sampai pada saat – saat mobil van pertama menabrak dan menggilas bocah perempuan berumur 2 tahun tersebut ingin rasanya saya menutup kedua mata saya ketika melihat peristiwa tragis di sebuah pasar di kota Foshan, provinsi Guangzhou , China itu. Dalam peristiwa yang terekam kamera pengawas, Yueyue terkapar di tengah jalan, sementara delapan belas orang pejalan kaki hanya melihat sekilas dan melintas. Peristiwa yang menunjukkan rendahnya moral masyarakat itu langsung menuai kecaman dari seantero negeri,baik China maupun negeri lain yang mengetahui hal tersebut.
“Apa yang ada didalam benak pengemudi itu?
Apa yang ada di dalam pikiran 18 pejalan kaki yang melintas itu?
Apa mereka semua tidak punya hati lagi sebagai manusia?
Kenapa tidak seorang pun menolong nya?
Kenapa tidak ada belas kasihan untuk anak kecil yang tidak berdaya itu?
Ada apa dengan negeri China? Ada apa dengan bumi ini? Ada apa dengan manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Pencipta nya? ”
Sederatan pertanyaan itu membanjiri benak saya. Saya hanya mampu menanyakan nya pada hati saya. Di saat itu , saya tidak berani menghakimi siapapun, termasuk pengemudi dan para pejalan kaki tersebut. Tidak juga berani menghakimi negeri China sebagai negeri yang kejam dan tidak berprikemanusiaan. Tidak. Saya tidak berperan dalam hal tersebut. Karena saya bukan Tuhan.
Namun melalui peristiwa tragis ini, saya menyadari bahwa manusia di zaman ini telah kehilangan jati dirinya sebagai makhluk sosial. Dunia ini kehilangan para penghuni bumi yang mencintai bumi, alam dan manusia lainnya. Semakin hari, bumi penuh dihuni oleh manusia yang serakah dan tidak peduli penderitaan sesama. Dan manusia itu saya sendiri juga. Contoh kecil saja, kita kapan pun dan dimana pun bisa berdoa untuk keluarga kita, sahabat –sahabat kita, alam dan bumi yang sudah renta ini, namun hal kecil itu pun sangat sering kita lakukan. “Boro-boro” kita berdoa untuk sesama, untuk diri sendiri saja , kita malas. Dari contoh kecil itu , saya pikir ,bukan suatu hal yg mengejutkan sebenarnya atas peristiwa “krisis kemanusiaan” yang terjadi di China. Krisis itu juga sering terjadi di Indonesia. Korupsi, Kolusi , pembakaran hutan, pembuangan limbah ke sungai dan perdagangan wanita dan anak – anak juga merupakan bukti terjadinya krisis kemanusiaan di Indonesia.
Namun ada satu hal yang menarik perhatian saya disini. Terdapat beberapa kasus di negeri China yang cukup “dilema” bagi masyarakatnya. Katakanlah ada peristiwa tabrak lari dan ada yang menolong, anehnya , justru “si penolong” tersebut seringkali yang menjadi tertuduh dan mendapat hukuman atas perbuatan yang sama sekali tidak dilakukannya. Santer terdengar peristiwa itu sudah membuat masyarakat menjadi jera menolong jika terjadi tabrak lari dan sejenisnya. Mereka takut terkena hukuman. Namun seorang ibu bernama Chen Xianmei yang pekerjaannya sebagai pemulung yang akhirnya menolong bocah berusia 2 tahun tersebut. Saat ditanya apa yang menjadi alasannya menolong bocah naas tersebut, Beliau hanya berkata bahwa itu hanya respon naluri nya sebagai seorang ibu. Dan ganjaran dari kemuliaan hatinya , ibu tersebut memperoleh hadiah uang sebesar USD 18.000 atau setara dengan Rp.158 juta.
Akhirnya, pelajaran yang saya peroleh dari peristiwa ini adalah kadang kita berfikir bahwa orang yg kurang secara materi ialah mereka yang tidak punya waktu untuk menolong sesama nya, namun, tidak jarang bukan kita menemukan , justru orang – orang yang berkelimpahan hartalah yang seringkali mengidap penyakit kronis “apatis”.
Hidup ini sangat singkat dan sementara. Gunakan waktu anugrah Nya untuk melayani sesama
Save our earth…
Search This Blog
"Menulislah untuk memberitakan sesuatu yang kau nilai berfaedah bagi sesama. Menulislah dari kegelisahan mu. Menulislah dari hati mu. Selamat menulis dan berkarya." -dee-
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Comments