“She’s so inspiring”
Setiap hari adalah anugerah. Namun hari ini aku merasakan anugerah itu lebih daripada hari – hari sebelumnya. Setelah pulang diklat, aku merasa aku harus segera membeli makanan di warung KKN ,warung nasi terdekat dari kos ku di Kemang ini (tempat hunian sementara ku selama diklat). Perut ku terasa lapar (mungkin karena setelah selesai diklat pun kami masih lanjut berdiskusi dengan pengajar mengenai Project Management) dan sepertinya hujan pun akan segera turun, karena dari beberapa jam yg lalu langit sudah gelap dan petir menyambar – nyambar dengan gagahnya.
Sesampainya aku di warung KKN aku memesan nasi uduk plus pecel ayam.Beberapa waktu aku menunggu karena si ibu harus menggoreng ayam dulu, tiba – tiba ketika aku menoleh ke samping kiri dan melihat ada seorang nenek tua renta. Nenek yang adalah penjual kacang berjalan dengan mimik muka kelelahan karena dia harus menggendong keranjang di punggungnya dan juga di atas kepalanya. Aku melihat kacang yang ada di atas kepalanya masih belum terjual. Dan sepertinya si nenek merasa keberatan tapi dia tetap berjalan. Dia menawarkan kacang kepada ibu – ibu di depan warung tapi tidak seorang pun dari ibu – ibu tersebut yang membeli. Hati ku tergerak untuk membeli kacang nya namun entah kenapa ku urungkan niat ku itu. Kemudian nenek tsb memutuskan untuk berhenti dan membeli nasi di warung tempat ku membeli makan malam.Dia bertanya apakah masih ada sayur kepada ibu penjual nya, namun karena semua nya sudah habis dan yang tersisa hanya tinggal telur mata sapi, tahu dan ayam goreng, si nenek memilih untuk hanya membeli nasi saja Rp.2000,-. Mendengar si enenk hanya mampu membeli sebungkus nasi uduk saja hati ku semakin iba dengan si nenek. Sekali lagi aku iba melihat si nenek. Rasanya jiwa ku bergejolak karena tadi aku urungkan niat ku untuk menolong si nenek. Tak lama kemudian,pesanan ku selesai dan aku memutuskan untuk membelikan si nenek nasi pecel ayam seperti yang sudah ku pesan. Aku merasa berhutang budi pada nya karena telah mengajarkan ku arti kehidupan dan bagaimana caranya menjalani kehidupan dengan perjuangan yang tidak setengah – setengah.
Beberapa menit saja aku belajar dari nya bahwa kehidupan tidak seharusnya mudah. Jujur saja aku pribadi sering kali mudah untuk berkata “lelah, susah, pusing, rumit, ga mungkin” dan aku juga menurut ku terlalu mudah menyerah pada sesuatu pekerjaan yang sulit yang ditugaskan pada ku. Aku juga tidak maksimal menggunakan talenta dan waktu yang dianugerahkan pada ku setiap harinya. Aku banyak menyia-nyiakan waktu. Aku banyak menyia – nyiakan uang. Aku benar – benar tidak bersyukur.
Tapi sejak bertemu dengan si nenek, aku seperti menemukan kekuatan yang baru lagi. Dia seperti hadiah yang diberiakan Tuhan pada ku hari ini. Aku benar – benar ingin suatu saat nanti bisa menolong orang – orang miskin dan yang termarginal kan di Negara ku. Aku tidak ingin hidup hanya untuk mencari harta dan tahta serta kebahagiaan sendir saja. Aku ingin hidup ku bisa menjadi saluran berkat bagi Negara ini, terkhusus untuk kaum miskin.
Teman , siapapun yang membaca tulisan ku ini, aku percaya bukan suatu kebetulan aku bertemu dengan si nenek, dan aku juga percaya bahwa bukan suatu kebetulan kalian membaca tulisan ku ini. Setiap kita diciptakan untuk suatu tujuan. Dan tujuan itu adalah untuk memuliakan Pencipta kita dengan menjadi berkat bagi sesama. Jangan menunda perbuatan baik yang bisa kita lakukan sekalipun itu hanya hal kecil. Biarlah hal kecil itu menjadi batu pengasah pisau "belas kasih" kita agar semakin tajam.
Salam Kasih…
with love
Dee
Jakarta , 20 April 2011
Sesampainya aku di warung KKN aku memesan nasi uduk plus pecel ayam.Beberapa waktu aku menunggu karena si ibu harus menggoreng ayam dulu, tiba – tiba ketika aku menoleh ke samping kiri dan melihat ada seorang nenek tua renta. Nenek yang adalah penjual kacang berjalan dengan mimik muka kelelahan karena dia harus menggendong keranjang di punggungnya dan juga di atas kepalanya. Aku melihat kacang yang ada di atas kepalanya masih belum terjual. Dan sepertinya si nenek merasa keberatan tapi dia tetap berjalan. Dia menawarkan kacang kepada ibu – ibu di depan warung tapi tidak seorang pun dari ibu – ibu tersebut yang membeli. Hati ku tergerak untuk membeli kacang nya namun entah kenapa ku urungkan niat ku itu. Kemudian nenek tsb memutuskan untuk berhenti dan membeli nasi di warung tempat ku membeli makan malam.Dia bertanya apakah masih ada sayur kepada ibu penjual nya, namun karena semua nya sudah habis dan yang tersisa hanya tinggal telur mata sapi, tahu dan ayam goreng, si nenek memilih untuk hanya membeli nasi saja Rp.2000,-. Mendengar si enenk hanya mampu membeli sebungkus nasi uduk saja hati ku semakin iba dengan si nenek. Sekali lagi aku iba melihat si nenek. Rasanya jiwa ku bergejolak karena tadi aku urungkan niat ku untuk menolong si nenek. Tak lama kemudian,pesanan ku selesai dan aku memutuskan untuk membelikan si nenek nasi pecel ayam seperti yang sudah ku pesan. Aku merasa berhutang budi pada nya karena telah mengajarkan ku arti kehidupan dan bagaimana caranya menjalani kehidupan dengan perjuangan yang tidak setengah – setengah.
Beberapa menit saja aku belajar dari nya bahwa kehidupan tidak seharusnya mudah. Jujur saja aku pribadi sering kali mudah untuk berkata “lelah, susah, pusing, rumit, ga mungkin” dan aku juga menurut ku terlalu mudah menyerah pada sesuatu pekerjaan yang sulit yang ditugaskan pada ku. Aku juga tidak maksimal menggunakan talenta dan waktu yang dianugerahkan pada ku setiap harinya. Aku banyak menyia-nyiakan waktu. Aku banyak menyia – nyiakan uang. Aku benar – benar tidak bersyukur.
Tapi sejak bertemu dengan si nenek, aku seperti menemukan kekuatan yang baru lagi. Dia seperti hadiah yang diberiakan Tuhan pada ku hari ini. Aku benar – benar ingin suatu saat nanti bisa menolong orang – orang miskin dan yang termarginal kan di Negara ku. Aku tidak ingin hidup hanya untuk mencari harta dan tahta serta kebahagiaan sendir saja. Aku ingin hidup ku bisa menjadi saluran berkat bagi Negara ini, terkhusus untuk kaum miskin.
Teman , siapapun yang membaca tulisan ku ini, aku percaya bukan suatu kebetulan aku bertemu dengan si nenek, dan aku juga percaya bahwa bukan suatu kebetulan kalian membaca tulisan ku ini. Setiap kita diciptakan untuk suatu tujuan. Dan tujuan itu adalah untuk memuliakan Pencipta kita dengan menjadi berkat bagi sesama. Jangan menunda perbuatan baik yang bisa kita lakukan sekalipun itu hanya hal kecil. Biarlah hal kecil itu menjadi batu pengasah pisau "belas kasih" kita agar semakin tajam.
Salam Kasih…
with love
Dee
Jakarta , 20 April 2011
Comments